TASAWUF,TAREKAT
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Karena hubungan antar agama dan modernisasi tidaklah jauh berbeda dengan hubungan modernisasi dan agama. Dan salah satu persoalan agama adalah taswuf yang tidak hanya meliputu masalah akhirat tapi juga masalah politik. Dan para figur politik juga ada pengikut tarekat sebagai bentuk ingin mendekatkan diri kepada Allah. Dan tarekat itu sendiri merupakan jalan dan cara untuk mendekatkan diri kepada allah. Akan tetapi masih banyak pemahaman maha siswa bahkan sangat kurang tentang tarekat. Oleh karena itu, dengan tugas untuk membuat makalah ini kami mengulas tentang sisi tarekat dalam mata kuliah ahklak tasawuf.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atasa, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa pengertian tarekat?
2. Unsur-unsur atau komponen apa saja yang terdapat dalam tarekat?
3. Berapa macam tarekat yang tersebar? dan
4. Bagaimana kedudukan tarekat dalm tasawuf
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAREKAT
Tarikat berasa dari bahsa Arab, ‘thariqah’, jamaknya ‘taraa’iq’, secara etimologi berarti (1) jalan, cara (al-kaifiyyah); (2) metode, system (al-usluub); (3) madzhab, aliran, haluan, (al-madzhab); (4) keadaan (al-haalah); (5) pohon kurma yang tinggi (an-nakhlah at-thawiilah); (6) tiang tempat berteduh, tongkat paying (‘amud al-mizallah); (7) yang mulia, terkemuka dari kaum (syarif al-qaum); dan (8) goresan atau garis pada sesuatu (al-khathth fi asy-syay). Tarekat adalah jalan yang di tempuh para sufi, dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat. Sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq. Menurut para sufi, kata turunan ini menujjukkan pendidikan mistik yang merupakan cabang dari jalan utama meliputi hokum Ilahi dan tempat berpijak bagi setiap musllim. Tidak mungkin ada anak jalan tampa ada jalan utama tempat berpangkal; tidak mungkin pengalaman mistik diperoleh apabila perintah syariat yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahuludengan saksama. Dengan kata lain, tarekat adalah jalan seorang saalik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri, atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan.
Sedangkan pengertian tarekat menurut para ahli itupun berbeda-beda. Pengertian tarekat menurut Harun nasution, tarekat berasal dari kata thariqah yang artinya jalan yang harus ditempuh oleh seoreang calon sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah. Tariqah kemudian mengandung arti organisasi (tarekat). Tiap taiqat mmempunyai syaikh, upacar ritual, dan bentuk zikir sendiri. Sejalan dengan ini, Martin Van bruinessen menyatakan istilah “tarekat” paling tidak dipakai untuk dua hal yang secara konseptual berbeda. Maknanya yang asli merupakan paduan yang khas dari doktrin, metode dan ritual. Akan tetapi, istilah inipun sering dipakai untuk mengacu pada organisasi yang menyatukan pengikut-pengikut “jalan” tertentu.
Asy-Syekh Muhammad Amin al-Kurdy mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan: yang artinya,
“tariqat adalah pengalaman syariat, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.”
“tariqat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah tuhan sesuai dengan kesanggupannya, baik larangan dan perintah yang nyata maupun yang tidak (batin).”
“Tariqat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah (yang sifatnya mengandung) fadilah, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) dki bawah bimbingan seorang arif (syekh) dari (sufi) yang mencita-citakan suatu tujuan.
L. Massignon, salah seorang peneliti tasawuf di beberapa Negara Muslim, berkesimpulan bahwa istilah tarekat mempunyai dua pengertian. Pertama, tarekat merupakan pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan tasawuf, untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian, yang disebut, yang disebut al-maqaamaat I dan al-akhwaal. Pengertian seperti ini menonjol pada abad ke-9 sampai ke-10 Masehi.
Kedua, tarekat merupakan perkumpulan yang didirikan menurut aturan yang telah dibuat oleh syekh yang menganut suattu aliran tarekat tertentu. Dalam perkumpulan itulah, seorang syekh yang menganut suatu aliran tarekat yang dianutnya, lalu mengamalkan aliran tersebut bersama dengan murid-muridnya. Pengertian seperti ini menonjol setelah abad ke-9 Masehi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa tarekat merupakan suatu jalan yang ditempuh oleh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah.
B. UNSUR ATAU KOMPONEN DALAM TAREKAT
a. Guru
Kedudukan guru sangat penting dalam tarekat. Selain sebagai pemimpin yang mengawasi muridnya agar tidak terjerumus dalam hal yang negarif guru juga merupakan pemimpin kerohanian. Oleh karena itu jabatab sebagai guru tidak dapa diberikan dan dipangku oleh sembarang orang. Pertama: ia harus alim dan ahli dalam memberikan tuntunan- tuntunan kepada murid-muridnya, baik dalam ilmu fiqh, aqa'id dan tauhid serta ilmu umum lainnya;
Kedua: bahwa ia mengenal atau arif dengan segala sifat-sifat kesempurnaan hati, segala adab-adabnya, segala kegelisahan jiwa dan penyakitnya, begitu juga mengetahui cara menyehatkannya kembali serta memperbaikinya sebagai semula;
Ketiga bahwa ia mempunyai belas kasihan terhadap orang Islam, khusus terhadap murid-muridnya;
Keempat mursyid itu hendaklah pandai menyimpan rahasia muridmuridnya, tidak membuka kebaikan mereka terutama di depan mata umum, tetapi sebaliknya mengawasi dengan pandangan Sufinya yang tajam serta memperbaikinya dengan cara yang sangat bijaksana.
Kelima bahwa ia tidak menyalahgunakan amanah muridnya, tidak mempergunakan harta benda murid-muridnya itu dalam bentuk dan pada kesempatan apa pun juga, begitu juga tidak boleh menginginkan apa yang ada pada mereka.
Keenam bahwa ia tidak sekali-kali menyuruh atau memerintah murid-muridnya itu dengan suatu perintah, kecuali jika yang demikian itu layak dan pantas juga dikerjakan olehnya sendiri, demikian juga dalam melarang segala macam perbuatan;
Ketujuh bahwa seorang mursyid hendaklah ingat sungguh-si ngguh, tidak terlalu banyak bergaul apalagi bercengkerama bersenda-gurau dengan muridmuridnya.
Kedelapan ia mengusahakan segala ucapan bersih dari pengaruh nafsu dan keinginan, terutama tentang ucapan-ucapan yang pada pendapatnya akan memberi bekas kepada kehidupan bathin murid-muridnya itu.
Kesembilan seorang mursyid yang jijaksana selalu berlapang dada, ikhlas, tidak ingin memberi perintah kepada seseorang murid itu apa yang tidak sanggup.
Kesepuluh apabila ia melihat ada seorang murid, yang karena selalu bersama-sama dan berhubungan dia, memperlihatkan kebesaran dan ketinggian hatinya, makïi segera ia memerintah murid itu pergi berkhalwat pada suatu tempat yang tidak jauh, juga tidak terlalu dekat dengan mursyidnya itu.
Kesebelas apabila ia melihat bahwa kehormatan terhadap dirinya sudah kurang dalam anggapan dan hati murid-muridnya, hendaklah ia mengambil siasat yang bijaksana untuk mencegah yang demikian itu, karena kepercayaan dan kehormatan yang berkurang itu, merupakan musuh terbesar baginya.
Kedua belas jangan dilupakan olehnya memberi petunjuk-petunjuk tertentu dan pada waktu-waktu tertentu kepada murid-muridnya untuk memperbaiki hal mereka. Ketiga belas sesuatu yang harus mendapat perhatiannya yang penuh ialah kebangsaan rohani yang sewaktu-waktu timbul pada muridnya yang masih dalam didikan. Kadang-kadang murid itu menceritakan kepadanya tentang sesuatu ru'yah yang dilihatnya, mukasyafah yang terbuka baginya, dan musyadah yang dihadapinya, yang di dalamnya terdapat perkara-perkara yang istimewa, maka hendaklah ia berdiam diri, jangan banyak berbicara tentang itu. Sebaliknya hendaklah ia memberikan amal lebih banyak yang dapat menolak sesuatu yang tidak benar, dan dengan itu ia mengangkat muridnya ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih mulia.
Ketiga belas apabila seorang mengundangnya, maka ia menerima undangan itu dengan penuh kehormatan dan penghargaan, begitu juga dengan rasa merendahkan diri.
Keempat Belas hendaklah ia suka bertanya tentang seseorang murid yang tidak hadir atau kelihatan serta memeriksa sebab-sebab ia tidak hadir itu. Serta adab (prilaku-prilaku) lainnya yang sesuai dengan al-qur’an dan as-sunnah.
b. Murid/murad
Pengikut suatu tarekat dinamakan murid
Murid yang sudah melepaskan kemauannya dalam menempuh jalan kearah kemauan atau iradat inilah yang disebut murad. Murad adalah murid yang dicari oleh seorang guru.
Adab dalam tarekat adalah merupakan suatu ajaran yang sangat prinsip, tanpa adab tidak mungkin seorang murid dapat mencapai tujuan suluk-nya. Secara garis besar adab oleh seorang murid ada empat, yaitu adab kepada Allah dan Rasul-Nya, adab kepada Syekh (Mursyid atau gurunya), adab kepada diri sendiri dan adab kepada Ikhwan (Sudara seiman).
Adapun adab seorang murid terhadap seorang mursyid menurut Amru dalam majalah An-Najah yang di kutip dari buku Adabul ‘alim wal Muta’allim karya Imam Nawawi bab Adab-adab seorang murid yaitu:
1. Hendaknya ia selalu membersihkan hatinya dari berbagai kotoran agar baik dalam menerima ilmu dan penjagaannya serta buah dari ilmu tersebut.
2. Dan Hendaknya memutus hubungan yang menyibukkan dari kesempurnaan dalam mendapatkan ilmu, dan ridho dengan sedikit dari makanan serta bersabar dari kesempitan hidup. Berkata Asy Syafi’I rahimahullah : Tidaklah seseorang mencari ilmu ini [ ilmu diin ] dengan kekayaan dan kemuliaan jiwa dan mendapatkan keberuntungan. Akan tetapi barang siapa mencarinya dengan kehinaan diri dan kesempitan hidup dan berhidmat terhadap ‘ulama ia akan mendapat keberhasilan. Dan berkata juga : tidaklah ilmu didapatkan kecuali dengan kesabaran dan kehinaan. Dan beliau juga berkata : tidaklah pencari ilmu itu akan berhasil kecuali dengan kebangrutan, dan dikatakan : dan tidak pula kekayaan serta kecukupan.
3. Dan hendaklah ia tawadhu’ terhadap ilmu dan guru, dengan ketawadhu’an ia akan mendapatkan ilmu.
4. Mereka berkata dan janganlah mengambil ilmu kecuali dari orang yang telah sempurna keilmuannya, dan nampak kebaikan dinnya, dan telah sempurna pengetahuannya, dan telah terkenal penjagaan dan kepemimpinannya.
5. Mereka berkata dan janganlah mengambil ilmu dari orang-orang yang mengambil ilmunya hanya dari buku-buku tanpa dibacakan kepada seorang syaikh atau syaikh yang pandai. Maka barang siapa yang tidak mengambil ilmu kecuali dari buku akan terjerumus dalam kesalahan [pengucapan] dan banyak darinya kerumitan dan penyimpangan.
6. Dan hendaknya melihat gurunya dengan rasa hormat, dan berkeyakinan atas kesempurnaan dan kepandiannya dalam berbidang. Maka ia akan dapat lebih banyak mengambil manfaat serta mengilmui apa yang ia dengarkan dari gurunya dalam ingatannya. Bahwa orang-orang dahulu jika pergi pada gurunya bershodaqah dengan sesuatu. Dan berdo’a : Ya Allah semoga engkau menutupi ‘aib guru saya dariku, dan janganlah engkau jauhkan barokah ilmunya dariku.
7. Dan diantara adab murid hendaknya memilih ridho guru walaupun menyelisihi pendapatnya. Dan tidak mencela dihadapannya. Dan tidak menyebarkannya secara sembunyi-sembunyi. Dan hendanya membantah aibnya jika ia mendengarnya. Jika ia lemah hendanya ia berpisah dari majlis.
8. Dan janganlah masuk kecuali dengan izinnya. Dan jika masuk satu kelompok hendaklah mendahulukan yang lebih utama dan lebih tua.
9. Dan hendaklah masuk dengan keadaan yang paling baik, kosongnya hati dari berbagai kesibukan, bersih dengan siwak, memotong kumis, serta menghilangkan bau yang tidak sedap.
10. Dan memberikan salam terhadap seluruh hadirin dengan suara yang bisa diderkan seluruh ruangan. Dan menghususkan terhadap syaikhnya sebagai tambahan penghormatan, demikian pula memberi salam ketika keluar majlis. Dan dalam sebuah hadist ada perintah tentang hal tersebut serta tidaklah berpaling pada siapa saja yang mengingkarinya. Dan telah kami permasalaahn ini dalam kitab al adzkar.
c. Baiat
Bai’at dalam bahasan tarekat merupakan janji setia yang biasanya diucapkan oleh calon salik dihadapan Mursyid untuk menjalankan segala persuaratan yang ditetapkan oleh seorang mursyid dan tidak akan melanggarnya sesuai dengan syari’at Islam.
Adapun sesuatu yang melandasi bai’at terdapat pada al-Qur’an surat al-Fath (48) ayat 10:
Artinya: “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. tangan Allah di atas tangan mereka, Maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar”.
Dalam tarekat, biasanya bai’at dijadikan syarat khusus bagi calon salik sebelum masuk ke tarekat. Ini ditujukan sebagai tanda loyalitas dan perwujudan kesetiaan pada Islam dan juga pada tarekat.
Bai’at itu sendiri ada dua macam, yaitu Bai’at Shuwariyah, yaitu bai’at bagi seorang kandidat salik yang hanya sekedar ia mengakui bahwa Mursyid yang mem-bai’at-nya ialah gurunya tempat ia berkonsultasi, dan Mursyid itu pun mengakui, orang tersebut adalah muridnya. Ia tidak perlu meninggalkan keluarganya untuk menetap tinggal dalam zawiyah tarikat itu untuk terus-menerus bersuluk atau berzikir. Ia boleh tinggal di rumahnya dan bekerja sehari-hari sesuai dengan tugasnya. Ia sekadar mengamalkan wirid yang diberikan oleh gurunya itu pada malam-malam tertentu dan ber-tawasul kepada gurunya itu. Ia dan keluarganya bersilaturrahmi kepada gurunya itu sewaktu-waktu pula. Apabila ia memperoleh kesulitan dalam hidup ini, ia berkonsultasi dengan gurunya itu pula.
Bai’at ma’nawiyah, yaitu bai’at bagi seorang kandidat salik yang bersedia untuk dididik dan dilatih menjadi sufi yang arif billah. Kesediaan salik untuk dididik menjadi sufi itu pun sudah barang tentu berdasarkan pengamatan dan keputusan guru tarikat itu. Salik yang masuk tarikat melalui bai’at yang demikian harus meninggalkan anak-istri dan tugas keduniaan. Ia berkhalwat dalam zawiyah tarikat di dalam penegelolaan syekhnya.Khalwat ini bisa berlangsung selama beberapa tahun bahkan belasan tahun.
d. Silsilah
Silsilah Sumber refrensi dari sebuah organisasi itulah disebut silsilah. Sama halnya seperti sanad dalam hadis.
Jika para ulama merupakan pewaris nabi yang mengajarkan ilmu lahir, maka mursyid tarekat merupakan pewaris nabi yang mengajarkan penghayatan keagamaan yang bersifat batin. Oleh karena itu, Seperti fungsi sanad dalam hadis, keberadaan silsilah dalam tarekat berfungsi menjaga validitas dan otentisitas ajara tarekat agar tetap merujuk pada sumbernya yang pertama, Rasulullah Muhammad Saw.
Dibawah ini terdapat beberapa salasul. Rabbani menyebutkan setidaknya ada lebih dari 40 salasul. Beberapa diantara salasul yang terkenal adalah:
1. Silsilah Qadiriyah. Nama ini merujuk pada Abd al-Qadir al-Jilani, ia adalah khalifah dar Abu Said Makhzumi, khalifah dari Abu al-Hasan Ali al-Qarshi, khalifah dari Abu al-Farah al-Tartusi, khalifah dari Junayd al-Baghdadi bersambung terus sampai Imam Ali. Al-Jilani meminta jubah kekhalifahan melalui jaringan keturunan Imam Hasan bin Abi Thalib dengan 11 jaringan di antaranya.
2. Silsilah Yasuya. Dipimpin oleh Ahmad Yasui yang dikenal sebagai “Shaykh of Turkistan”. Dia adalah khalifah Yusuf Hamdani, khalifah Ali Farmadi (Shaykh Abu Hamid al-Gazali), khalifah Abd al-Qasim Gorgani, khalifah Abu Usman Maghribi, khalifah Abu Katib, khalifah Abu Ali Rodbari, khalifah Junayd Baghdadi terus hingga ke Imam Ali. Ahmad Yasui juga memperoleh jaringan ke Imam Ali dari para shaykh melalui Muhammad Hanafiyah, anak Imam Ali dari istri lainnya.
3. Silsilah Naqshabandiyah. Dinamai dengan nama Bahau al-Din Naqshaband. Dia adalah khalifah Amir Syed Kalal, khalifah Muhammad Samasi, khalifah Ali Ramatani, khalifah Mahmud Abu Khayr Faghnavi, khalifah Arif Regviri, khalifah Abd al-Khaliq Ghayidwani, khalifah Yusuf Hamdani, khalifah Ali farmadi, khalifah Abu al-Qasim Gorgani, yang berjaring ke atas dengan Junayd al-Baghdadi dengan 3 jaringan di antaranya. Abu al-Qasim juga berjaringan ke atas dengan Abu Bakar melalui Abu al-Hasan Khargani, Abu Yazid al-Bistami, dan Ja’far Shiddiq.
4. Silsilah Nuriyah. Dinamai dengan Shaykh Abu al-Hasan Nuri. Dia adalah khalifah dari Sari Saqti.
5. Silsilah Khazruyah. Diambil dari nama Ahmad Khazruya yang merupakan khalifah dari Hatim Asum, khalifah Saqiq Balkhi, khalifah Muhammad Ali Ishqi, khalifah Ibrahim Adham yang menerima kekhalifahan dari Fudhayl bin Ayyas sebagaimana Imam Muhammad Baqir, cucu Imam Hussein.
6. Silsilah Shattariyah. Dari Muhammad Arif, khalifah Muhammad Ali Ishqi, khalifah Shaykh Khuda Qali Mawara al-nahri, khalifah Abd al-Hasan al-Ishqi, khalifah Abi Mudhaffar Mawlana Turk Tusi, khalifah Bayazid al-Ishqi, khalifah Muhammad Maghribi, khalifah Abu Yazid al-Bistami hingga Imam Ali.
e. Ajaran
Ajaran dari masing-masing tarekat itu berbeda-beda. Dan cirri khas dari ajaran masing-masing tarekat itulah yang membedakan tarekat itu dari tarekat yang lain.
Salah satu bagian terpenting dalam tarekat yang hampir selalu dikerjakan ialah dzikir. Dzikir artinya mengingat kepada Tuhan. Akan tetapi dalam mengingat kepada tuhan, dalam tarekat dibantu dengan berbagai macam ucapan, yang menyebut nama Allah atau sifat-sifatnya, atau kata-kata yang mengingat kepada Allah.
Ahli tarekat berkeyakinan, jika seorang hamba telah yakin, jika lahir batinnya dilihat Allah dan segala perbuatan diawasi Allah, dan ucapannya di dengar Allah, segala niat dan cita-cita di ketahui Allah, maka hamba itu akan menjadi sorang yang benar, karena ia selalu ada dalam keadaan memperhambakan dirinya kepada Allah.
Lalu zikir berarti menyebut-nyebut nama Allah atau ma'rifat Allah, yang pada keyakinan mereka itu akan melahirkan dua sifat pada manusia, pertama seorang hamba Allah dan kedua kasih kepada Allah.
Jika seorang hamba Allah takut kepada Allah, maka segala suruhnya akan dikerjakannya dan segala larangannya akan dihentikannya. Seorang yang kasih kepada Allah tentu akan memilih pekerjaan-pekerjaan yang disukai Allah dan menggiatkan dia menjauhkan diri pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak disukai Tuhan.
Pada keyakinan golongan tarekat-tarekat tiap-tiap manusia tidak terlepas dari empat perkara. Pertama manusia itu kedatangan nikmat, kedua kedatangan bala, ketiga berbuat ta'at, dan keempat berbuat dosa. Selama manusia itu mempunyai nafsu yang turun naik, mestilah ia mengerjakan salah satu pekerjaan dari empat macam tersebut. Jika pada waktu itu lupa kepada Tuhan, maka nikmat itu akan membawa sombong, tekebur dan tinggi hati padanya. Tetapi jika ia teringat kepada Tuhan pada waktu ia menerima nikmat itu, sifatnya berlainan sekali, ia syukur kepada Tuhan, yang akan membawa lebih baik kelakuannya.
Dengan alasan itulah golongan tarekat mempertahankan dzikir, tidak saja arti mengingat Allah dalam hati, tetapi menyebut Allah senantiasa kala dengan lidahnya untuk melatih segala anggotanya. Mereka beranggapan, jika segala perbuatan dikerjakan tanpa mengingat Allah, maka mereka beranggapan kegiatan itu adalah kosong, akan hampa dari pahala yang sebenarnya.
Di antara dalil-dalil yang mereka (golongan tarekat) kemukakan adalah sebagai berikut:
Pertama: Kerana mengerjakan zikir itu mengingatkan kepada Allah, dan semata-mata menjunjung nama Allah. Firman Allah: "Hai segala mereka yang percaya kepada Allah sebut olehmu akan Allah dengan sebutan yang banyak dan ucaplah tasbih pada pagi-pagi dan petang- petang". (Quran Al-Mu’minun: 41).
Kedua: Orang yang zikir Allah itu mengingat akan Allah dan Allah mengingat pula akan orang itu. Firman Allah: "Sebut olehmu akan Daku, nescaya Aku menyebut pula akan dikau". (Quran al-Baqoroh: 152).
Ketiga: Dalam zikir Allah itu nyata benar kebesaran Allah, bahkan untuk selama hidup, Firman Allah: "Zikir Allah itu terlebih besar daripada ibadat-ibadat yang lain". (Quran an-Nur: 45).
Keempat: Zikir Allah itu menyembuhkan segaia penyakit di dalam hati Dalam kitab-kitab tasawuf jumlah penyakit di dalam hati itu ada kira-kira 60 macam. Maka untuk menyembuhkan segala penyakit itu ialah dengan zikir Allah. Sabda Nabi: "Menyebut Allah itu ialah menyembuhkan penyakit. hati ertinya memperbaiki hati". (Hadis Daihumi dari Anas bin Malik).
Kelima: Zikir Allah itu menetapkan hati dan jikalau hati sudah tetap akan segala anggota yang tujuh pun akan tetap pula mengerjakan segala suruhan Allah, demikian sebaliknya. Firman Allah: "Ada pun segala mereka yang iman, yang percaya kepada Allah dan yang tetap hatinya dengan zikir Allah, ketahuilah olehmu bahawa dengan berzikir itu segala hati akan tetap" (Quran ar-Ra’ad: 28).
C. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TAREKAT
Peralihan taswuf yang bersifat personal pada tarekat yang bersifat lembaga tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan taswuf itu sendiri. Semakin luas pengaruh taswuf, semakin banyak pula orang yang berhasrat mempelajarinya. Untuk itu, mereka menemui orang yang memliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dalam pengamalan tasawuf yang dapat menuntun mereka. Sebab, belajar dari seorang guru dengan metode belajar yang disusun berdasarkan pengalaman dalam suatu ilmu yang bersifat praktikal adalah suatu keharusan bagi mereka. Dan biasanya seorang guru tasawuf memang memformulasikan suatu system pengajaran tasawuf berdasarkan pengalamannya sendiri yang kemudian system inilah yang membedakannya cirri khasnya dari tarekat yang lain.
Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti. Namun Harun Nasution menyatakan bahwa setelah Al-Ghazali menghalalkan tasawuf yang sebelumnya dikatakan sesat, tasawuf berkembang di dunnia islam, tetapi perkembangannya melalui tarekat. Tarekat adalah organisasi dari pengikut sufi-sufi besar yang bertujuan untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawuf gurunya dan tempat yang menjadipusat kegiatannya disebut ribat, tempat berkumpulnya para murid untuk melestarkan ajaran tasawuf nya, walinya, dan ajaran tasawuf syekhnya.
Organisasi seperti ini mulai timbul sejak abad ke 12 M akan tetapiperkembangannya belum tampak pada abad-abad berikutnya. Di sini tidak hanya dikembangkan tarekat untuk laki-laki saja tetapi juga untuk wanita, tetapi tidak berkembang baik seperti laki-laki.
Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yakni Khurasan (Iran) dan Mesopotamia (Irak). Pada periode ini mulai timbul di antaranya:
1. Tarekat yasaviyah, yang didirakan oleh Ahmad Al-Yasavi (wafat 562 H/1169 M) dan disusul oleh tarekat khawajagawiyah yang diperkenalkan oleh Abdul Al-Khalid Al-ghuzdawani (wafat 617 H/1220 M). tarekat yasaviyah berkembang ke berbagai daerah salah satunya ke turki. Di sana tarekat ini berganti nama menjadi tarekat bektashiya yang diidentikan dengan pendirinya Muhammad ‘ Ata’ bin Ibrahim Bekktasy 9wafat 1335 M).
2. Tarekat naqsabandiyah, yang didirikan oleh Muhammad Bahaudin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari (wafat 1389 M) di Turkistan. Dalam perkembangannya, tarekat ini menyebar ke Anatolia (Turki) kemudian meluas ke India dan Indonesia dengan berbagai nama baru yang disesuaikan dengan pendirinya di daerah tersebut. Seperti tarekat Khalidiyah, Muradiyah, Mujadidiyah, dan ahsaniyah.
3. Tarekat khalawatiyah yang didirikan oleh Umar Al-khalwati (wafat 1397 M). tarekat ini berkembang di Turki, Siria, Mesir, Hijaz dan Yaman.
4. Tarekat safawiyah yang didirikan oleh safiyudin Al-Aradabili (wafat 1334 M).
5. Tarekat Bairamiyah, yang didirikan oleh Hijji Barian (wafat 1430 M).
Di daerah Mesopotamia masih banyak tarekat yang muncul dalam periode ini dan cukup terkenal, tetapi tidak termasuk rumpun Al-Junaid.
Tarekat-tarekat ini antara lain adalah:
1. Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Muhy Ad-Din Abd Al-Qadir Al-Jailani (471 H/1078 M).
2. Tarekat Syadziliyah yang dinisbatkan pada Nur Ad-Din Ahmad Asy-syadzili (593 H-656 H/1196 M-1258 M).
3. Tarekat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’I (1106-1182 M)
.
D. PENGARUH TAREKAT DI DUNIA ISLAM
Da;am perkembangannya tarekat-tarekat itu bukan hanya memusatkan perhatian pada tasawuf ajaran gurunya tetapi juga mengikuti kegiatan politik. Umpamanya tarekat tajaniyah yang dikenal dengan gerakan politik yang menentang penjajahan Italia di Libia, ahmadiyah menentang orang-orang salib yang datang ke Mesir. Sesungguhnya mereka memusatkan perhatian kepada akhirat dan merekat ikut bergerak untuk menyelamatkan umat islam dari bahaya yang mengancam.
Tarekat mempengaruhi dunia islam mulai abad ke-13. Kedudukan tarekat saat itu sama dengan partai politik.. bahkan tentara itu juga ikut sebagai anggota tarekat. Penyokong tarekat Bekhtasi adalah tentara Turki. Oleh karena itu, ketika tarekat itu, etika tarekat itu dibubarkan oleh Sultan Muhammad
II, tentara Turki yang disebut Jennissari menentangnya. Jadi tarekat tidak hanya bergerak dalam persoalan dunia saja seperti yang mereka pikirkan.
Tarekat keagamaan meluaskan pengaruh dan organisasinya keseluruh pelosok negeri, menguasai masyarakat melalui suatu jenjang yang terancang dengan baik dan memberikan otonomi kedaerahan seluas-luasnya. Setiap desa atau kelompok desa ada wali lokalnya yang bahkan dipuja-puja dan diagung-agungkan setelah kematiannya. Akan tetapi, pada saat itu telah terjadi ‘penyelewengan’ dalam tarekat antara lain terjadi dalam paham wasilah, yakni paham yang menjelaskan bahwa permohonan seseorang tidak dapat dialamatkan lansung kepda Allah, tetapi harus melalui gurunya. Dan inilah yang ditentang oleh Muhammad Abdul Wahhab di Arabia karena paham ini sudah membawa paham syirik yang dijumpai di zaman jahiliyyah ketika mannata, lata dan uzza dijadikan perantara orang jahiliyyah dengan tuhan yang kemudia dibasmi oleh Nabi Muhammad SAW. Itulah sebabnya wahhabiyah menentang keras paham ini sampai menghancurkan kuburan-kuburan sahabat yang berada di Madinah. Bahkan mereka juga menghancurkan kuburan Nabi, tetapi mendapatkan tantangan dari dunia islam.
Di samping itu tarekat juga umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia. Tarekat menganjurkan banyak beribadah saja dan jangan mengikuti dunia ini karena anggapan , “dunia ini adalah bangkai maka yang mengejar dunia adalah anjing”. Anggapan ini tampaknya menyelewengkan umat islam dari jalan yang harusnya ditempunya. Demikian juga sifat tawakkal, menunggu apa saja yang akan datang, Qhada’ dan qhadar yang sejalan dengan faham asy’ariyah. Para pembaharu dalam dunia islam bahwa tarekat bukan hanya mencemarkan paham tauhid, tetapi juga membawa kemunduran bagi umat islam. Bahkan schimel mengatakan bahwa tarekat-tarekat sufi yang muncul dari kebutuhan merohanikan islam akhirnya menjadi unsure yang menyebabkan kemandegan orang-orang islam.
Terhadap tarekat dan tasawuf banyak orang yang menentang dan meninggalkan tarekat atau tasawuf tersebut. Akan tetapi, pada akhir-akhir ini perhatian terhadap tasawuf timbul kembali karena dipengaruhi oleh paham materialism. Orang-orang Barat melihat bahwa materialism itu memerlukan suatu yang bersifat rohani, yang bersifat immateri, sehingga banyak orang yang kembali memperhatikan tasawuf.
E. MACAM-MACAM TAREKAT
Banyak sekali macam-macam tarekat tapi beberapa diantaranya yang paling terkenal dan diakui adalah:.
1. Syaziliyah
Nama pendirinya adalah Abul Hasan Ali Asy-Syazili, yang dalam sejarah keturunannya dihubungkan orang dengan keturunan dari Hasan anak Ali bin Thalib, dan dengan demikian juga keturunan dari siti Fatimah anak perempuan dari Nabi Muhammad SAW. Ia lahir dari Amman salah satu desa kecil di Afrika, dekat dengan mensiyah, dimana hidup seorang sufi besar yaitu yaitu Abbas al Al-Masri.
Tatkala orang bertanya kepadanya, mengapa ia dinamakn syazili, ia menjawab bahwa pertanyaan semacam itu pernah dikemukakannya kepada Tuhan dalam fanannya. Konon Tuhan mengatakan: n”Ya, Ali. Aku tidak menamakan dikau dengan nama syazili, tetapi dengan nama syazz, yang artinya jarang, karena keistimewaanmu dalam berkhidmat kepada-Ku.
Syaziliyah merupakan tarekat yang terbentuk menurut nama pendirinya dan silsilahnya sambung menyambung.menurut kitab-kitabnya tarekat syaziliyah tidak meninggalkan syarat-syarat yang berat kepada syeikhnya kecuali mereka harus meninggalkan semua perbuatan maksiat, memelihara segala ibadat yang diwajibkan , melakukan ibadat sunat sekuasanya, zikir kepada Tuhan sebanyak mungkin sekurang-kurangnya seribu kali sehari.
2. Qhadiriyah
Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abdul Bqadir Al-Jaelani. Ibn Batutah menceritakan, bahwa dalam masanya sudah mulai dipergunakan orang zawiyah tempat melakukan latihan-latihan dipergunakan orang zawiyah tempat melakukan suluk, dan latihan-latihan yang dilakukan dalam beberapa zawiyah di Bagdad sesuai dengan ajaran yang terdapat dalam ribath Syeikh Abdul qadir Jailani. Tarekat ini mempunyai zikir-zikir, wirid dan hizib tersendiri. Ada penganut yang berkeyakinan sedemikian rupa sehingga menempatkan Ali bin Abi Thalib di atas kedudukan Nabi Muhammad SAW. Dan ini tidak sesuai dengan pendirian Syeikh Abdul Qadir Jailani sebagai seorang pendiri. Dan kadang-kadang tarekat ini sudah dimasuki oleh faham-faham lain dalam pertumbuhannya.
3. Naqsabandiyah
Di Indonesia tarekat ini sangat terkenal dan pengikutnya tidak sedikit. Pendirinya adalah Muhammad bin Baha’ Uddin Al-Uwaisi Al-Bukhari. Tarekat ini katanya berhubungan langsung kepada Nabi Muhammad SAW., diterangkan dalam silsilahnya oleh Muhammad Amin a—Kurdi dalam kitabnya “Tanwirul Qulub.
Tarekat naqsabandiyah merupakan suatu tarekat yang lebih dekat kepada tujuannya, dan lebih mudah untuk murd-murid mencapai derajat, karena didasarkan kepada pelaksanaan yang sangat sederhana, misalnya mengutamakan latihan rasa lebih dahulu yang dinamakan dengan kata jazbah., kedua sangat kokoh memegang sunnah Nabidan menjauhkan bid’ah sedangkan banyak tarekat yang lain lebih mendahulukan suluk daripada jazbah itu. Lebih mengutamakan zikir hati daripada zikir mulut dengan mengangkat suara.
F. KEDUDUKAN TAREKAT DALAM TASAWUF
Dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditunjukkan pada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syeikh tarekat dan bukan pula terhadap kelompok yang menjadi salah satu pengikut seorang syeikh. Tetapi meliputu segala aspek yang ada dalam agama islam., seperti shala, puasa, zakat, haji, dan sebagainya yang semuanya itu merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Secara umum tasawuf merupakan usaha mendekatkan diri kepada allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah, merupakan hakikat tarekat yang sebenarnya. Dan usaha mendekatkan diri ini biasanya di bawah bimbingan seorang guru. Dengan demikian tasawuf merupakan usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah.
Dari uraian di atas kita bisa melihat bahwa tarekat merupakan cabang suatu aliran dalam faham tasawuf.
PENUTUP
KESIMPULAN
Tarekat merupakan suatu jalan yang ditempuh oleh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah.Unsure-unsur tarekat meliputi guru, murid/murad, baiat (janji setia), silsilah, dan ajarannya. Kemudian tarekat yang terkenal beberapa diantaranya adala trekat naqsabandiyah, syaziliyah dan qadiriyah. Apabila tasawuf bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah maka tarekat merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah itulah hubungan tarekat dengan tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA
A. LATAR BELAKANG
Karena hubungan antar agama dan modernisasi tidaklah jauh berbeda dengan hubungan modernisasi dan agama. Dan salah satu persoalan agama adalah taswuf yang tidak hanya meliputu masalah akhirat tapi juga masalah politik. Dan para figur politik juga ada pengikut tarekat sebagai bentuk ingin mendekatkan diri kepada Allah. Dan tarekat itu sendiri merupakan jalan dan cara untuk mendekatkan diri kepada allah. Akan tetapi masih banyak pemahaman maha siswa bahkan sangat kurang tentang tarekat. Oleh karena itu, dengan tugas untuk membuat makalah ini kami mengulas tentang sisi tarekat dalam mata kuliah ahklak tasawuf.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atasa, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa pengertian tarekat?
2. Unsur-unsur atau komponen apa saja yang terdapat dalam tarekat?
3. Berapa macam tarekat yang tersebar? dan
4. Bagaimana kedudukan tarekat dalm tasawuf
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAREKAT
Tarikat berasa dari bahsa Arab, ‘thariqah’, jamaknya ‘taraa’iq’, secara etimologi berarti (1) jalan, cara (al-kaifiyyah); (2) metode, system (al-usluub); (3) madzhab, aliran, haluan, (al-madzhab); (4) keadaan (al-haalah); (5) pohon kurma yang tinggi (an-nakhlah at-thawiilah); (6) tiang tempat berteduh, tongkat paying (‘amud al-mizallah); (7) yang mulia, terkemuka dari kaum (syarif al-qaum); dan (8) goresan atau garis pada sesuatu (al-khathth fi asy-syay). Tarekat adalah jalan yang di tempuh para sufi, dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat. Sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq. Menurut para sufi, kata turunan ini menujjukkan pendidikan mistik yang merupakan cabang dari jalan utama meliputi hokum Ilahi dan tempat berpijak bagi setiap musllim. Tidak mungkin ada anak jalan tampa ada jalan utama tempat berpangkal; tidak mungkin pengalaman mistik diperoleh apabila perintah syariat yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahuludengan saksama. Dengan kata lain, tarekat adalah jalan seorang saalik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri, atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan.
Sedangkan pengertian tarekat menurut para ahli itupun berbeda-beda. Pengertian tarekat menurut Harun nasution, tarekat berasal dari kata thariqah yang artinya jalan yang harus ditempuh oleh seoreang calon sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah. Tariqah kemudian mengandung arti organisasi (tarekat). Tiap taiqat mmempunyai syaikh, upacar ritual, dan bentuk zikir sendiri. Sejalan dengan ini, Martin Van bruinessen menyatakan istilah “tarekat” paling tidak dipakai untuk dua hal yang secara konseptual berbeda. Maknanya yang asli merupakan paduan yang khas dari doktrin, metode dan ritual. Akan tetapi, istilah inipun sering dipakai untuk mengacu pada organisasi yang menyatukan pengikut-pengikut “jalan” tertentu.
Asy-Syekh Muhammad Amin al-Kurdy mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan: yang artinya,
“tariqat adalah pengalaman syariat, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.”
“tariqat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah tuhan sesuai dengan kesanggupannya, baik larangan dan perintah yang nyata maupun yang tidak (batin).”
“Tariqat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah (yang sifatnya mengandung) fadilah, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) dki bawah bimbingan seorang arif (syekh) dari (sufi) yang mencita-citakan suatu tujuan.
L. Massignon, salah seorang peneliti tasawuf di beberapa Negara Muslim, berkesimpulan bahwa istilah tarekat mempunyai dua pengertian. Pertama, tarekat merupakan pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan tasawuf, untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian, yang disebut, yang disebut al-maqaamaat I dan al-akhwaal. Pengertian seperti ini menonjol pada abad ke-9 sampai ke-10 Masehi.
Kedua, tarekat merupakan perkumpulan yang didirikan menurut aturan yang telah dibuat oleh syekh yang menganut suattu aliran tarekat tertentu. Dalam perkumpulan itulah, seorang syekh yang menganut suatu aliran tarekat yang dianutnya, lalu mengamalkan aliran tersebut bersama dengan murid-muridnya. Pengertian seperti ini menonjol setelah abad ke-9 Masehi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa tarekat merupakan suatu jalan yang ditempuh oleh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah.
B. UNSUR ATAU KOMPONEN DALAM TAREKAT
a. Guru
Kedudukan guru sangat penting dalam tarekat. Selain sebagai pemimpin yang mengawasi muridnya agar tidak terjerumus dalam hal yang negarif guru juga merupakan pemimpin kerohanian. Oleh karena itu jabatab sebagai guru tidak dapa diberikan dan dipangku oleh sembarang orang. Pertama: ia harus alim dan ahli dalam memberikan tuntunan- tuntunan kepada murid-muridnya, baik dalam ilmu fiqh, aqa'id dan tauhid serta ilmu umum lainnya;
Kedua: bahwa ia mengenal atau arif dengan segala sifat-sifat kesempurnaan hati, segala adab-adabnya, segala kegelisahan jiwa dan penyakitnya, begitu juga mengetahui cara menyehatkannya kembali serta memperbaikinya sebagai semula;
Ketiga bahwa ia mempunyai belas kasihan terhadap orang Islam, khusus terhadap murid-muridnya;
Keempat mursyid itu hendaklah pandai menyimpan rahasia muridmuridnya, tidak membuka kebaikan mereka terutama di depan mata umum, tetapi sebaliknya mengawasi dengan pandangan Sufinya yang tajam serta memperbaikinya dengan cara yang sangat bijaksana.
Kelima bahwa ia tidak menyalahgunakan amanah muridnya, tidak mempergunakan harta benda murid-muridnya itu dalam bentuk dan pada kesempatan apa pun juga, begitu juga tidak boleh menginginkan apa yang ada pada mereka.
Keenam bahwa ia tidak sekali-kali menyuruh atau memerintah murid-muridnya itu dengan suatu perintah, kecuali jika yang demikian itu layak dan pantas juga dikerjakan olehnya sendiri, demikian juga dalam melarang segala macam perbuatan;
Ketujuh bahwa seorang mursyid hendaklah ingat sungguh-si ngguh, tidak terlalu banyak bergaul apalagi bercengkerama bersenda-gurau dengan muridmuridnya.
Kedelapan ia mengusahakan segala ucapan bersih dari pengaruh nafsu dan keinginan, terutama tentang ucapan-ucapan yang pada pendapatnya akan memberi bekas kepada kehidupan bathin murid-muridnya itu.
Kesembilan seorang mursyid yang jijaksana selalu berlapang dada, ikhlas, tidak ingin memberi perintah kepada seseorang murid itu apa yang tidak sanggup.
Kesepuluh apabila ia melihat ada seorang murid, yang karena selalu bersama-sama dan berhubungan dia, memperlihatkan kebesaran dan ketinggian hatinya, makïi segera ia memerintah murid itu pergi berkhalwat pada suatu tempat yang tidak jauh, juga tidak terlalu dekat dengan mursyidnya itu.
Kesebelas apabila ia melihat bahwa kehormatan terhadap dirinya sudah kurang dalam anggapan dan hati murid-muridnya, hendaklah ia mengambil siasat yang bijaksana untuk mencegah yang demikian itu, karena kepercayaan dan kehormatan yang berkurang itu, merupakan musuh terbesar baginya.
Kedua belas jangan dilupakan olehnya memberi petunjuk-petunjuk tertentu dan pada waktu-waktu tertentu kepada murid-muridnya untuk memperbaiki hal mereka. Ketiga belas sesuatu yang harus mendapat perhatiannya yang penuh ialah kebangsaan rohani yang sewaktu-waktu timbul pada muridnya yang masih dalam didikan. Kadang-kadang murid itu menceritakan kepadanya tentang sesuatu ru'yah yang dilihatnya, mukasyafah yang terbuka baginya, dan musyadah yang dihadapinya, yang di dalamnya terdapat perkara-perkara yang istimewa, maka hendaklah ia berdiam diri, jangan banyak berbicara tentang itu. Sebaliknya hendaklah ia memberikan amal lebih banyak yang dapat menolak sesuatu yang tidak benar, dan dengan itu ia mengangkat muridnya ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih mulia.
Ketiga belas apabila seorang mengundangnya, maka ia menerima undangan itu dengan penuh kehormatan dan penghargaan, begitu juga dengan rasa merendahkan diri.
Keempat Belas hendaklah ia suka bertanya tentang seseorang murid yang tidak hadir atau kelihatan serta memeriksa sebab-sebab ia tidak hadir itu. Serta adab (prilaku-prilaku) lainnya yang sesuai dengan al-qur’an dan as-sunnah.
b. Murid/murad
Pengikut suatu tarekat dinamakan murid
Murid yang sudah melepaskan kemauannya dalam menempuh jalan kearah kemauan atau iradat inilah yang disebut murad. Murad adalah murid yang dicari oleh seorang guru.
Adab dalam tarekat adalah merupakan suatu ajaran yang sangat prinsip, tanpa adab tidak mungkin seorang murid dapat mencapai tujuan suluk-nya. Secara garis besar adab oleh seorang murid ada empat, yaitu adab kepada Allah dan Rasul-Nya, adab kepada Syekh (Mursyid atau gurunya), adab kepada diri sendiri dan adab kepada Ikhwan (Sudara seiman).
Adapun adab seorang murid terhadap seorang mursyid menurut Amru dalam majalah An-Najah yang di kutip dari buku Adabul ‘alim wal Muta’allim karya Imam Nawawi bab Adab-adab seorang murid yaitu:
1. Hendaknya ia selalu membersihkan hatinya dari berbagai kotoran agar baik dalam menerima ilmu dan penjagaannya serta buah dari ilmu tersebut.
2. Dan Hendaknya memutus hubungan yang menyibukkan dari kesempurnaan dalam mendapatkan ilmu, dan ridho dengan sedikit dari makanan serta bersabar dari kesempitan hidup. Berkata Asy Syafi’I rahimahullah : Tidaklah seseorang mencari ilmu ini [ ilmu diin ] dengan kekayaan dan kemuliaan jiwa dan mendapatkan keberuntungan. Akan tetapi barang siapa mencarinya dengan kehinaan diri dan kesempitan hidup dan berhidmat terhadap ‘ulama ia akan mendapat keberhasilan. Dan berkata juga : tidaklah ilmu didapatkan kecuali dengan kesabaran dan kehinaan. Dan beliau juga berkata : tidaklah pencari ilmu itu akan berhasil kecuali dengan kebangrutan, dan dikatakan : dan tidak pula kekayaan serta kecukupan.
3. Dan hendaklah ia tawadhu’ terhadap ilmu dan guru, dengan ketawadhu’an ia akan mendapatkan ilmu.
4. Mereka berkata dan janganlah mengambil ilmu kecuali dari orang yang telah sempurna keilmuannya, dan nampak kebaikan dinnya, dan telah sempurna pengetahuannya, dan telah terkenal penjagaan dan kepemimpinannya.
5. Mereka berkata dan janganlah mengambil ilmu dari orang-orang yang mengambil ilmunya hanya dari buku-buku tanpa dibacakan kepada seorang syaikh atau syaikh yang pandai. Maka barang siapa yang tidak mengambil ilmu kecuali dari buku akan terjerumus dalam kesalahan [pengucapan] dan banyak darinya kerumitan dan penyimpangan.
6. Dan hendaknya melihat gurunya dengan rasa hormat, dan berkeyakinan atas kesempurnaan dan kepandiannya dalam berbidang. Maka ia akan dapat lebih banyak mengambil manfaat serta mengilmui apa yang ia dengarkan dari gurunya dalam ingatannya. Bahwa orang-orang dahulu jika pergi pada gurunya bershodaqah dengan sesuatu. Dan berdo’a : Ya Allah semoga engkau menutupi ‘aib guru saya dariku, dan janganlah engkau jauhkan barokah ilmunya dariku.
7. Dan diantara adab murid hendaknya memilih ridho guru walaupun menyelisihi pendapatnya. Dan tidak mencela dihadapannya. Dan tidak menyebarkannya secara sembunyi-sembunyi. Dan hendanya membantah aibnya jika ia mendengarnya. Jika ia lemah hendanya ia berpisah dari majlis.
8. Dan janganlah masuk kecuali dengan izinnya. Dan jika masuk satu kelompok hendaklah mendahulukan yang lebih utama dan lebih tua.
9. Dan hendaklah masuk dengan keadaan yang paling baik, kosongnya hati dari berbagai kesibukan, bersih dengan siwak, memotong kumis, serta menghilangkan bau yang tidak sedap.
10. Dan memberikan salam terhadap seluruh hadirin dengan suara yang bisa diderkan seluruh ruangan. Dan menghususkan terhadap syaikhnya sebagai tambahan penghormatan, demikian pula memberi salam ketika keluar majlis. Dan dalam sebuah hadist ada perintah tentang hal tersebut serta tidaklah berpaling pada siapa saja yang mengingkarinya. Dan telah kami permasalaahn ini dalam kitab al adzkar.
c. Baiat
Bai’at dalam bahasan tarekat merupakan janji setia yang biasanya diucapkan oleh calon salik dihadapan Mursyid untuk menjalankan segala persuaratan yang ditetapkan oleh seorang mursyid dan tidak akan melanggarnya sesuai dengan syari’at Islam.
Adapun sesuatu yang melandasi bai’at terdapat pada al-Qur’an surat al-Fath (48) ayat 10:
Artinya: “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. tangan Allah di atas tangan mereka, Maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar”.
Dalam tarekat, biasanya bai’at dijadikan syarat khusus bagi calon salik sebelum masuk ke tarekat. Ini ditujukan sebagai tanda loyalitas dan perwujudan kesetiaan pada Islam dan juga pada tarekat.
Bai’at itu sendiri ada dua macam, yaitu Bai’at Shuwariyah, yaitu bai’at bagi seorang kandidat salik yang hanya sekedar ia mengakui bahwa Mursyid yang mem-bai’at-nya ialah gurunya tempat ia berkonsultasi, dan Mursyid itu pun mengakui, orang tersebut adalah muridnya. Ia tidak perlu meninggalkan keluarganya untuk menetap tinggal dalam zawiyah tarikat itu untuk terus-menerus bersuluk atau berzikir. Ia boleh tinggal di rumahnya dan bekerja sehari-hari sesuai dengan tugasnya. Ia sekadar mengamalkan wirid yang diberikan oleh gurunya itu pada malam-malam tertentu dan ber-tawasul kepada gurunya itu. Ia dan keluarganya bersilaturrahmi kepada gurunya itu sewaktu-waktu pula. Apabila ia memperoleh kesulitan dalam hidup ini, ia berkonsultasi dengan gurunya itu pula.
Bai’at ma’nawiyah, yaitu bai’at bagi seorang kandidat salik yang bersedia untuk dididik dan dilatih menjadi sufi yang arif billah. Kesediaan salik untuk dididik menjadi sufi itu pun sudah barang tentu berdasarkan pengamatan dan keputusan guru tarikat itu. Salik yang masuk tarikat melalui bai’at yang demikian harus meninggalkan anak-istri dan tugas keduniaan. Ia berkhalwat dalam zawiyah tarikat di dalam penegelolaan syekhnya.Khalwat ini bisa berlangsung selama beberapa tahun bahkan belasan tahun.
d. Silsilah
Silsilah Sumber refrensi dari sebuah organisasi itulah disebut silsilah. Sama halnya seperti sanad dalam hadis.
Jika para ulama merupakan pewaris nabi yang mengajarkan ilmu lahir, maka mursyid tarekat merupakan pewaris nabi yang mengajarkan penghayatan keagamaan yang bersifat batin. Oleh karena itu, Seperti fungsi sanad dalam hadis, keberadaan silsilah dalam tarekat berfungsi menjaga validitas dan otentisitas ajara tarekat agar tetap merujuk pada sumbernya yang pertama, Rasulullah Muhammad Saw.
Dibawah ini terdapat beberapa salasul. Rabbani menyebutkan setidaknya ada lebih dari 40 salasul. Beberapa diantara salasul yang terkenal adalah:
1. Silsilah Qadiriyah. Nama ini merujuk pada Abd al-Qadir al-Jilani, ia adalah khalifah dar Abu Said Makhzumi, khalifah dari Abu al-Hasan Ali al-Qarshi, khalifah dari Abu al-Farah al-Tartusi, khalifah dari Junayd al-Baghdadi bersambung terus sampai Imam Ali. Al-Jilani meminta jubah kekhalifahan melalui jaringan keturunan Imam Hasan bin Abi Thalib dengan 11 jaringan di antaranya.
2. Silsilah Yasuya. Dipimpin oleh Ahmad Yasui yang dikenal sebagai “Shaykh of Turkistan”. Dia adalah khalifah Yusuf Hamdani, khalifah Ali Farmadi (Shaykh Abu Hamid al-Gazali), khalifah Abd al-Qasim Gorgani, khalifah Abu Usman Maghribi, khalifah Abu Katib, khalifah Abu Ali Rodbari, khalifah Junayd Baghdadi terus hingga ke Imam Ali. Ahmad Yasui juga memperoleh jaringan ke Imam Ali dari para shaykh melalui Muhammad Hanafiyah, anak Imam Ali dari istri lainnya.
3. Silsilah Naqshabandiyah. Dinamai dengan nama Bahau al-Din Naqshaband. Dia adalah khalifah Amir Syed Kalal, khalifah Muhammad Samasi, khalifah Ali Ramatani, khalifah Mahmud Abu Khayr Faghnavi, khalifah Arif Regviri, khalifah Abd al-Khaliq Ghayidwani, khalifah Yusuf Hamdani, khalifah Ali farmadi, khalifah Abu al-Qasim Gorgani, yang berjaring ke atas dengan Junayd al-Baghdadi dengan 3 jaringan di antaranya. Abu al-Qasim juga berjaringan ke atas dengan Abu Bakar melalui Abu al-Hasan Khargani, Abu Yazid al-Bistami, dan Ja’far Shiddiq.
4. Silsilah Nuriyah. Dinamai dengan Shaykh Abu al-Hasan Nuri. Dia adalah khalifah dari Sari Saqti.
5. Silsilah Khazruyah. Diambil dari nama Ahmad Khazruya yang merupakan khalifah dari Hatim Asum, khalifah Saqiq Balkhi, khalifah Muhammad Ali Ishqi, khalifah Ibrahim Adham yang menerima kekhalifahan dari Fudhayl bin Ayyas sebagaimana Imam Muhammad Baqir, cucu Imam Hussein.
6. Silsilah Shattariyah. Dari Muhammad Arif, khalifah Muhammad Ali Ishqi, khalifah Shaykh Khuda Qali Mawara al-nahri, khalifah Abd al-Hasan al-Ishqi, khalifah Abi Mudhaffar Mawlana Turk Tusi, khalifah Bayazid al-Ishqi, khalifah Muhammad Maghribi, khalifah Abu Yazid al-Bistami hingga Imam Ali.
e. Ajaran
Ajaran dari masing-masing tarekat itu berbeda-beda. Dan cirri khas dari ajaran masing-masing tarekat itulah yang membedakan tarekat itu dari tarekat yang lain.
Salah satu bagian terpenting dalam tarekat yang hampir selalu dikerjakan ialah dzikir. Dzikir artinya mengingat kepada Tuhan. Akan tetapi dalam mengingat kepada tuhan, dalam tarekat dibantu dengan berbagai macam ucapan, yang menyebut nama Allah atau sifat-sifatnya, atau kata-kata yang mengingat kepada Allah.
Ahli tarekat berkeyakinan, jika seorang hamba telah yakin, jika lahir batinnya dilihat Allah dan segala perbuatan diawasi Allah, dan ucapannya di dengar Allah, segala niat dan cita-cita di ketahui Allah, maka hamba itu akan menjadi sorang yang benar, karena ia selalu ada dalam keadaan memperhambakan dirinya kepada Allah.
Lalu zikir berarti menyebut-nyebut nama Allah atau ma'rifat Allah, yang pada keyakinan mereka itu akan melahirkan dua sifat pada manusia, pertama seorang hamba Allah dan kedua kasih kepada Allah.
Jika seorang hamba Allah takut kepada Allah, maka segala suruhnya akan dikerjakannya dan segala larangannya akan dihentikannya. Seorang yang kasih kepada Allah tentu akan memilih pekerjaan-pekerjaan yang disukai Allah dan menggiatkan dia menjauhkan diri pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak disukai Tuhan.
Pada keyakinan golongan tarekat-tarekat tiap-tiap manusia tidak terlepas dari empat perkara. Pertama manusia itu kedatangan nikmat, kedua kedatangan bala, ketiga berbuat ta'at, dan keempat berbuat dosa. Selama manusia itu mempunyai nafsu yang turun naik, mestilah ia mengerjakan salah satu pekerjaan dari empat macam tersebut. Jika pada waktu itu lupa kepada Tuhan, maka nikmat itu akan membawa sombong, tekebur dan tinggi hati padanya. Tetapi jika ia teringat kepada Tuhan pada waktu ia menerima nikmat itu, sifatnya berlainan sekali, ia syukur kepada Tuhan, yang akan membawa lebih baik kelakuannya.
Dengan alasan itulah golongan tarekat mempertahankan dzikir, tidak saja arti mengingat Allah dalam hati, tetapi menyebut Allah senantiasa kala dengan lidahnya untuk melatih segala anggotanya. Mereka beranggapan, jika segala perbuatan dikerjakan tanpa mengingat Allah, maka mereka beranggapan kegiatan itu adalah kosong, akan hampa dari pahala yang sebenarnya.
Di antara dalil-dalil yang mereka (golongan tarekat) kemukakan adalah sebagai berikut:
Pertama: Kerana mengerjakan zikir itu mengingatkan kepada Allah, dan semata-mata menjunjung nama Allah. Firman Allah: "Hai segala mereka yang percaya kepada Allah sebut olehmu akan Allah dengan sebutan yang banyak dan ucaplah tasbih pada pagi-pagi dan petang- petang". (Quran Al-Mu’minun: 41).
Kedua: Orang yang zikir Allah itu mengingat akan Allah dan Allah mengingat pula akan orang itu. Firman Allah: "Sebut olehmu akan Daku, nescaya Aku menyebut pula akan dikau". (Quran al-Baqoroh: 152).
Ketiga: Dalam zikir Allah itu nyata benar kebesaran Allah, bahkan untuk selama hidup, Firman Allah: "Zikir Allah itu terlebih besar daripada ibadat-ibadat yang lain". (Quran an-Nur: 45).
Keempat: Zikir Allah itu menyembuhkan segaia penyakit di dalam hati Dalam kitab-kitab tasawuf jumlah penyakit di dalam hati itu ada kira-kira 60 macam. Maka untuk menyembuhkan segala penyakit itu ialah dengan zikir Allah. Sabda Nabi: "Menyebut Allah itu ialah menyembuhkan penyakit. hati ertinya memperbaiki hati". (Hadis Daihumi dari Anas bin Malik).
Kelima: Zikir Allah itu menetapkan hati dan jikalau hati sudah tetap akan segala anggota yang tujuh pun akan tetap pula mengerjakan segala suruhan Allah, demikian sebaliknya. Firman Allah: "Ada pun segala mereka yang iman, yang percaya kepada Allah dan yang tetap hatinya dengan zikir Allah, ketahuilah olehmu bahawa dengan berzikir itu segala hati akan tetap" (Quran ar-Ra’ad: 28).
C. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TAREKAT
Peralihan taswuf yang bersifat personal pada tarekat yang bersifat lembaga tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan taswuf itu sendiri. Semakin luas pengaruh taswuf, semakin banyak pula orang yang berhasrat mempelajarinya. Untuk itu, mereka menemui orang yang memliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dalam pengamalan tasawuf yang dapat menuntun mereka. Sebab, belajar dari seorang guru dengan metode belajar yang disusun berdasarkan pengalaman dalam suatu ilmu yang bersifat praktikal adalah suatu keharusan bagi mereka. Dan biasanya seorang guru tasawuf memang memformulasikan suatu system pengajaran tasawuf berdasarkan pengalamannya sendiri yang kemudian system inilah yang membedakannya cirri khasnya dari tarekat yang lain.
Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti. Namun Harun Nasution menyatakan bahwa setelah Al-Ghazali menghalalkan tasawuf yang sebelumnya dikatakan sesat, tasawuf berkembang di dunnia islam, tetapi perkembangannya melalui tarekat. Tarekat adalah organisasi dari pengikut sufi-sufi besar yang bertujuan untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawuf gurunya dan tempat yang menjadipusat kegiatannya disebut ribat, tempat berkumpulnya para murid untuk melestarkan ajaran tasawuf nya, walinya, dan ajaran tasawuf syekhnya.
Organisasi seperti ini mulai timbul sejak abad ke 12 M akan tetapiperkembangannya belum tampak pada abad-abad berikutnya. Di sini tidak hanya dikembangkan tarekat untuk laki-laki saja tetapi juga untuk wanita, tetapi tidak berkembang baik seperti laki-laki.
Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yakni Khurasan (Iran) dan Mesopotamia (Irak). Pada periode ini mulai timbul di antaranya:
1. Tarekat yasaviyah, yang didirakan oleh Ahmad Al-Yasavi (wafat 562 H/1169 M) dan disusul oleh tarekat khawajagawiyah yang diperkenalkan oleh Abdul Al-Khalid Al-ghuzdawani (wafat 617 H/1220 M). tarekat yasaviyah berkembang ke berbagai daerah salah satunya ke turki. Di sana tarekat ini berganti nama menjadi tarekat bektashiya yang diidentikan dengan pendirinya Muhammad ‘ Ata’ bin Ibrahim Bekktasy 9wafat 1335 M).
2. Tarekat naqsabandiyah, yang didirikan oleh Muhammad Bahaudin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari (wafat 1389 M) di Turkistan. Dalam perkembangannya, tarekat ini menyebar ke Anatolia (Turki) kemudian meluas ke India dan Indonesia dengan berbagai nama baru yang disesuaikan dengan pendirinya di daerah tersebut. Seperti tarekat Khalidiyah, Muradiyah, Mujadidiyah, dan ahsaniyah.
3. Tarekat khalawatiyah yang didirikan oleh Umar Al-khalwati (wafat 1397 M). tarekat ini berkembang di Turki, Siria, Mesir, Hijaz dan Yaman.
4. Tarekat safawiyah yang didirikan oleh safiyudin Al-Aradabili (wafat 1334 M).
5. Tarekat Bairamiyah, yang didirikan oleh Hijji Barian (wafat 1430 M).
Di daerah Mesopotamia masih banyak tarekat yang muncul dalam periode ini dan cukup terkenal, tetapi tidak termasuk rumpun Al-Junaid.
Tarekat-tarekat ini antara lain adalah:
1. Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Muhy Ad-Din Abd Al-Qadir Al-Jailani (471 H/1078 M).
2. Tarekat Syadziliyah yang dinisbatkan pada Nur Ad-Din Ahmad Asy-syadzili (593 H-656 H/1196 M-1258 M).
3. Tarekat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’I (1106-1182 M)
.
D. PENGARUH TAREKAT DI DUNIA ISLAM
Da;am perkembangannya tarekat-tarekat itu bukan hanya memusatkan perhatian pada tasawuf ajaran gurunya tetapi juga mengikuti kegiatan politik. Umpamanya tarekat tajaniyah yang dikenal dengan gerakan politik yang menentang penjajahan Italia di Libia, ahmadiyah menentang orang-orang salib yang datang ke Mesir. Sesungguhnya mereka memusatkan perhatian kepada akhirat dan merekat ikut bergerak untuk menyelamatkan umat islam dari bahaya yang mengancam.
Tarekat mempengaruhi dunia islam mulai abad ke-13. Kedudukan tarekat saat itu sama dengan partai politik.. bahkan tentara itu juga ikut sebagai anggota tarekat. Penyokong tarekat Bekhtasi adalah tentara Turki. Oleh karena itu, ketika tarekat itu, etika tarekat itu dibubarkan oleh Sultan Muhammad
II, tentara Turki yang disebut Jennissari menentangnya. Jadi tarekat tidak hanya bergerak dalam persoalan dunia saja seperti yang mereka pikirkan.
Tarekat keagamaan meluaskan pengaruh dan organisasinya keseluruh pelosok negeri, menguasai masyarakat melalui suatu jenjang yang terancang dengan baik dan memberikan otonomi kedaerahan seluas-luasnya. Setiap desa atau kelompok desa ada wali lokalnya yang bahkan dipuja-puja dan diagung-agungkan setelah kematiannya. Akan tetapi, pada saat itu telah terjadi ‘penyelewengan’ dalam tarekat antara lain terjadi dalam paham wasilah, yakni paham yang menjelaskan bahwa permohonan seseorang tidak dapat dialamatkan lansung kepda Allah, tetapi harus melalui gurunya. Dan inilah yang ditentang oleh Muhammad Abdul Wahhab di Arabia karena paham ini sudah membawa paham syirik yang dijumpai di zaman jahiliyyah ketika mannata, lata dan uzza dijadikan perantara orang jahiliyyah dengan tuhan yang kemudia dibasmi oleh Nabi Muhammad SAW. Itulah sebabnya wahhabiyah menentang keras paham ini sampai menghancurkan kuburan-kuburan sahabat yang berada di Madinah. Bahkan mereka juga menghancurkan kuburan Nabi, tetapi mendapatkan tantangan dari dunia islam.
Di samping itu tarekat juga umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia. Tarekat menganjurkan banyak beribadah saja dan jangan mengikuti dunia ini karena anggapan , “dunia ini adalah bangkai maka yang mengejar dunia adalah anjing”. Anggapan ini tampaknya menyelewengkan umat islam dari jalan yang harusnya ditempunya. Demikian juga sifat tawakkal, menunggu apa saja yang akan datang, Qhada’ dan qhadar yang sejalan dengan faham asy’ariyah. Para pembaharu dalam dunia islam bahwa tarekat bukan hanya mencemarkan paham tauhid, tetapi juga membawa kemunduran bagi umat islam. Bahkan schimel mengatakan bahwa tarekat-tarekat sufi yang muncul dari kebutuhan merohanikan islam akhirnya menjadi unsure yang menyebabkan kemandegan orang-orang islam.
Terhadap tarekat dan tasawuf banyak orang yang menentang dan meninggalkan tarekat atau tasawuf tersebut. Akan tetapi, pada akhir-akhir ini perhatian terhadap tasawuf timbul kembali karena dipengaruhi oleh paham materialism. Orang-orang Barat melihat bahwa materialism itu memerlukan suatu yang bersifat rohani, yang bersifat immateri, sehingga banyak orang yang kembali memperhatikan tasawuf.
E. MACAM-MACAM TAREKAT
Banyak sekali macam-macam tarekat tapi beberapa diantaranya yang paling terkenal dan diakui adalah:.
1. Syaziliyah
Nama pendirinya adalah Abul Hasan Ali Asy-Syazili, yang dalam sejarah keturunannya dihubungkan orang dengan keturunan dari Hasan anak Ali bin Thalib, dan dengan demikian juga keturunan dari siti Fatimah anak perempuan dari Nabi Muhammad SAW. Ia lahir dari Amman salah satu desa kecil di Afrika, dekat dengan mensiyah, dimana hidup seorang sufi besar yaitu yaitu Abbas al Al-Masri.
Tatkala orang bertanya kepadanya, mengapa ia dinamakn syazili, ia menjawab bahwa pertanyaan semacam itu pernah dikemukakannya kepada Tuhan dalam fanannya. Konon Tuhan mengatakan: n”Ya, Ali. Aku tidak menamakan dikau dengan nama syazili, tetapi dengan nama syazz, yang artinya jarang, karena keistimewaanmu dalam berkhidmat kepada-Ku.
Syaziliyah merupakan tarekat yang terbentuk menurut nama pendirinya dan silsilahnya sambung menyambung.menurut kitab-kitabnya tarekat syaziliyah tidak meninggalkan syarat-syarat yang berat kepada syeikhnya kecuali mereka harus meninggalkan semua perbuatan maksiat, memelihara segala ibadat yang diwajibkan , melakukan ibadat sunat sekuasanya, zikir kepada Tuhan sebanyak mungkin sekurang-kurangnya seribu kali sehari.
2. Qhadiriyah
Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abdul Bqadir Al-Jaelani. Ibn Batutah menceritakan, bahwa dalam masanya sudah mulai dipergunakan orang zawiyah tempat melakukan latihan-latihan dipergunakan orang zawiyah tempat melakukan suluk, dan latihan-latihan yang dilakukan dalam beberapa zawiyah di Bagdad sesuai dengan ajaran yang terdapat dalam ribath Syeikh Abdul qadir Jailani. Tarekat ini mempunyai zikir-zikir, wirid dan hizib tersendiri. Ada penganut yang berkeyakinan sedemikian rupa sehingga menempatkan Ali bin Abi Thalib di atas kedudukan Nabi Muhammad SAW. Dan ini tidak sesuai dengan pendirian Syeikh Abdul Qadir Jailani sebagai seorang pendiri. Dan kadang-kadang tarekat ini sudah dimasuki oleh faham-faham lain dalam pertumbuhannya.
3. Naqsabandiyah
Di Indonesia tarekat ini sangat terkenal dan pengikutnya tidak sedikit. Pendirinya adalah Muhammad bin Baha’ Uddin Al-Uwaisi Al-Bukhari. Tarekat ini katanya berhubungan langsung kepada Nabi Muhammad SAW., diterangkan dalam silsilahnya oleh Muhammad Amin a—Kurdi dalam kitabnya “Tanwirul Qulub.
Tarekat naqsabandiyah merupakan suatu tarekat yang lebih dekat kepada tujuannya, dan lebih mudah untuk murd-murid mencapai derajat, karena didasarkan kepada pelaksanaan yang sangat sederhana, misalnya mengutamakan latihan rasa lebih dahulu yang dinamakan dengan kata jazbah., kedua sangat kokoh memegang sunnah Nabidan menjauhkan bid’ah sedangkan banyak tarekat yang lain lebih mendahulukan suluk daripada jazbah itu. Lebih mengutamakan zikir hati daripada zikir mulut dengan mengangkat suara.
F. KEDUDUKAN TAREKAT DALAM TASAWUF
Dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditunjukkan pada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syeikh tarekat dan bukan pula terhadap kelompok yang menjadi salah satu pengikut seorang syeikh. Tetapi meliputu segala aspek yang ada dalam agama islam., seperti shala, puasa, zakat, haji, dan sebagainya yang semuanya itu merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Secara umum tasawuf merupakan usaha mendekatkan diri kepada allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah, merupakan hakikat tarekat yang sebenarnya. Dan usaha mendekatkan diri ini biasanya di bawah bimbingan seorang guru. Dengan demikian tasawuf merupakan usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah.
Dari uraian di atas kita bisa melihat bahwa tarekat merupakan cabang suatu aliran dalam faham tasawuf.
PENUTUP
KESIMPULAN
Tarekat merupakan suatu jalan yang ditempuh oleh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah.Unsure-unsur tarekat meliputi guru, murid/murad, baiat (janji setia), silsilah, dan ajarannya. Kemudian tarekat yang terkenal beberapa diantaranya adala trekat naqsabandiyah, syaziliyah dan qadiriyah. Apabila tasawuf bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah maka tarekat merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah itulah hubungan tarekat dengan tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar